ICC Jakarta – Pada masa keimamahan Imam Mahdi, begitu Imam Hasan ‘Askari As wafat, Imam Mahdi As maju dan ikut berdiri dalam shaf shalat mayit yang dilakukan oleh Kaum Syiah atas kepergian ayahandanya tersebut.
Kejadian ini ada pada beberapa riwayat. Salah satunya adalah yang diriwayatkan oleh Syaikh Shaduq bahwa ia pernah mendengar langsung dari mulut Abu Al-Adyan, salah seorang pembantu Imam Hasan ‘Askari As yang sibuk dalam mengurus surat-suratnya.[1]
Terdapat satu pendapat yang mengatakan bahwa, ketika Imam Hasan Al-‘Askari meninggal dunia, tepatnya pada awal-awal masa kegaibannya (ghaibah shughra), maka pada saat itu pula Imam Mahdi As berada disisi jenazah ayahandanya guna mengerjakan shalat mayit. Pada saat itu, ia menyampaikan beberapa permasalahan yang menjelaskan tentang pengangkatan dirinya sebagai Imam. Diantara permasalahan tersebut adalah:
- Menjalankan Sunatullah, shalat Imam untuk Imam.
- Mengumumkan kepada masyarakat bahwa makam imamah tidak
- Mencegah terjadinya penyelewengan dalam tubuh Syiah tentang imamah.
- Mengumumkan bahwa makam imamah masih berlanjut dengan diangkatnya seorang Imam yang masih hidup[2]. (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
[1]. Ibid, jil. 2, hal. 475, bab 43. ; Ali bin Abdul Karim Naili Najafi, Muntakhab al-Alwâr al-Madhiyah, Qum, Al-Hadi, 1401 HQ, hal. 158.; Rawandi. Quthub al-Din, Quthubuddin. Al-Kharâij wa al-Jarâih, Qum, Muassasah Imam Mahdi Ajf, 1409 HQ, jil. 3, hal. 1101.
[2]. Hakimi, Muhammad Ridha. Khursyid-e Maghrib, cetakan keenambelas, Teheran, Daftar-e Nashr wa Farhang-e Islami, 1379 HS, hal. 24-25.