Penantian datangnya kelapangan merupakan salah satu rukun asasi Islam khususnya mazhab Syiah. Penantian datangnya kelapangan bermakna harapan terbukanya dan terbebasnya manusia dari segala bentuk ketidakadilan dan diskriminasi yang merajalela di seluruh dunia.
Para penanti meyakini bahwa pada akhir zaman akan datang seorang manusia Ilahi – dalam terminologi Islam disebut sebagai Mahdi – dan memberantas segala bentuk tirani dan penindasan kemudian menggantikannya dengan keadilan dan persamaan serte membentuk pemerintahan Tuhan di muka bumi.
Seluruh nabi dan washi semenjak awal penciptaan memiliki harapan seperti ini dan tidak pernah surut dalam berusaha mewujudkan harapan ini. Mereka rela menanggung segala penderitaan dan kesusahan sehingga alam semesta setapak dan selangkah lebih maju menuju kemunculan Sang Penyelamat.
Salah seorang penanti akan datangnya kelapangan ini adalah Imam Mahdi Ajf sendiri; Karena pertama penantian, dalam bebeberapa riwayat, dikemukakan sebagai sebaik-baik ibadah dan kecil kemungkinan bahkan mustahil Imam Mahdi Ajf melalaikan sebaik-baik ibadah ini.
Pada sebagian riwayat yang menyebutkan terma faraj (kelapangan) tidak hanya menyangkut tentang kelapangan orang beriman, tetapi juga terkait dengan kelapangan Imam Zaman. Karena itu, Imam Zaman Ajf juga menantikan masa kelapangan dalam urusan-urusannya.
Dengan demikian, Imam Zaman Ajf sendiri juga karena memiliki tujuan untuk mendirikan dan menegakkan berdiri pemerintahan tauhid dan tersedianya ruang bagi kebahagiaan manusia, menantikan hari-hari seperti ini, sehingga keadilan dan persamaan dapat berkuasa di alam semesta.
Intizhâr al-faraj terdiri dari dua kata “intizhar” dan “faraj.”
Intizhâr secara leksikal bermakna mengawasi, menatap jalan dan risau.[1] Intizhar adalah penyebab munculnya kesiapan dan lawannya adalah putus harapan. Adapun faraj bermakna kelapangan dan kebebasan dari kesedihan, kepiluan dan penderitaan.[2]
Intizhâr al-faraj dalam teologi Islam bermakna harapan dan asa terhadap terealisasinya kemenangan pamungkas kebenaran, perdamaian dan keadilan atas kebatilan serta tersebarnya secara global iman terhadap Islam, tegaknya nilai-nilai kemanusiaan di seluruh dimensi kehidupan, terbentuknya negara idaman (madinah al-fadhilah) dan masyarakat ideal tauhid di seantero dunia yang dilakukan oleh seorang suci yaitu Mahdi Mau’ud Ajf.
Penantian ini bukan semata-mata harapan dan asa yang kosong melainkan penantian yang menutut amalan dan tindakan.
Terkait dengan makna intizhâr al-faraj terdapat dua sisi positif dan negatif. Menafikan kezaliman, kesyirikan dan kerusakan dari muka bumi adalah sisi negatif penantian. Sementara sisi positifnya adalah menegakkan masyarakat semesta tauhid dan menciptakan keadilan di seantero jagad raya.
Signifikansi Penantian
Dalam beberapa hadis yang menaruh perhatian ekstra terhadap masalah penantian, dalam riwayat-riwayat terhadap keutamaan penantian, tugas-tugas para penanti, kegunaan-kegunaan penantian dan maknannya yang sebenarnya telah dibahas. Untuk menghemat ruang dan waktu, secara ringkas kami akan mencukupkan diri hanya dengan menyebut beberapa hadis sebagai contoh berikut ini:
- Rasulullah Saw bersabda, “Penantian akan datangnya kelapangan (baca: Imam Mahdi Ajf) adalah ibadah.”[3]
- Imam Ali As bersabda, “Amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah penantian akan datangnya kelapangan.”[4]
- Imam Jawad As bersabda, “Sebaik-baik amalan Syiah kami adalah penantian akan datangnya kelapangan.”[5]
Para Penanti
Kebanyakan agama meyakini akan adanya Sang Juru Selamat di akhir zaman yang akan muncul pada akhir zaman dan akan memenuhi semesta dengan keadilan dan persamaan, meski agama-agama ini berbeda dalam menyebut nama dan sosoknya.
Dalam agama Islam seluruh umat Muslim semenjak awal kemunculan Islam meyakini akan adanya Sang Juru Selamat akhir zaman dalam ajaran-ajaran Rasulullah Saw. Mereka meyakini bahwa ia berasal dari keturunan Rasulullah Saw dan memiliki nama yang sama dengan namanya, meski dalam beberapa hal terdapat perbedaan-perbedaan yang kecil. Sebagai contoh Syiah meyakini bahwa ia telah lahir pada masa abad ketiga Hijriah, namun setelah beberapa lama ia tidak terlihat dari pandangan mata. Akan tetapi banyak Ahlusunnah berkata ia akan lahir di akhir zaman dan belum lagi lahir ke bumi.
Seluruh nabi, washi, wali Ilahi tujuannya adalah menyebarkan keadilan dan persamaan di dunia dan menciptakan masyarakat yang berketuhanan dan komunitas tauhid. Mereka bercita-cita membangung dunia yang diatur berdasarkan perintah-perintah Ilahi dan hukum-hukum Ilahi dapat dijalankan di dalamnya. Dunia yang seluruh sisi kebahagiaan dan kesenangan duniawi dan ukhrawi tersedia. Seluruh nabi dan wali berharap terwujudnya dunia seperti ini dan berusaha untuk merealisasikannya. Seluruh pembesar Ilahi ini berada dalam penantian detik-detik seperti ini dan merupakan orang-orang yang menantikan terciptanya dunia seperti ini.
Tatkala salah seorang sahabat Imam Shadiq As berkata kepadanya, “Mengapa kita hari ini berharap tatkala tiba masa kemunculan Imam Qaim (Imam Mahdi Ajf) kita berharap sebagai penolong dan sahabatnya sementara kami menjumpai periode kepemimpinan (imamah) Anda?” Imam Shadiq As berkata, “Subhanallah! Apakah kalian tidak suka Allah Swt menampakkan kebenaran, memunculkan keadilan di seluruh negeri, memperbaiki kondisi masyarakat, menyatukan hati-hati yang berbeda-beda, Tuhan di muka bumi tidak dimaksiati, hukum-hukum Ilahi dijalankan, dan hak sampai kepada orang yang berhak….”[6]
Dari hadis mulia ini dengan baik dapat dipahami bahwa setiap orang yang berharap kemenangan pamungkas kebenaran atas kebatilan dan pemerintahan semesta Ilahi adalah para penanti kemunculan Imam Mahdi Yang Dinantikan. Diriwayatkan dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Sekiranya aku mendapatkan masa itu maka Aku siapkan diriku untuk berkhidmat kepadanya.”[7]
Salah seorang penanti kemunculan Imam Zaman Ajf adalah Imam Mahdi sendiri;
Karena pertama penantian, dalam bebeberapa riwayat, dikemukakan sebagai sebaik-baik ibadah dan kecil kemungkinan bahkan mustahil Imam Mahdi Ajf melalaikan sebaik-baik ibadah ini.
Kedua, pada sebagian riwayat yang menyebutkan terma faraj (kelapangan) tidak hanya menyangkut tentang kelapangan orang beriman, tetapi juga terkait dengan kelapangan Imam Zaman. Karena itu, Imam Zaman Ajf juga menantikan masa kelapangan dalam urusan-urusannya.
Dengan demikian, Imam Zaman Ajf sendiri juga karena memiliki tujuan untuk mendirikan dan menegakkan berdiri pemerintahan tauhid dan tersedianya ruang bagi kebahagiaan manusia, menantikan hari-hari seperti ini, sehingga keadilan dan persamaan dapat berkuasa di alam semesta dan seluruh makhluk sampai pada kesempurnaan puncak. Imam Mahdi Ajf sendiri adalah penanti kemunculannya sehingga ia muncul dengan izin Allah Swt dan memenuhi harapan seluruh ahli tauhid. [iQuest]
[1]. Tâj al-‘Arus, jil. 7, hal 539. [2]. Raghib Isfahani, Mufradat Alfâz al-Qur’ân, hal. 628, Tahqiq Shafwan Adnan Dawudi, Cetakan Pertama, Dar al-Syamiyah, Beirut, 1416 H. [3]. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 122, sesuai nukilan dari Amali Syaikh Thusi. [4]. Syaikh Shaduq, Man Lâ Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 4, hal. 381, Intisyarat Jamia’ah Mudarrisin, Qum, 1413 H.[5]. Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jil. 2, hal. 377, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Qum, 1395 H. [6]. Kamâl al-Din, jil. 2, hal. 646. [7]. Muhammad bin Ibrahim Nu’mani, al-Ghaibah, hal 273, Maktabat al-Shaduq, Tehran, 1397 H.