ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Karena Ibuku, Aku Kembali Dari Kematian

by admin
July 24, 2023
in Kebudayan
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

 

Oleh: Ustadz Abu Syirin Al Hasan

Kisah menarik ini diceritakan oleh pelaku yang telah mengalami mati suri yang bernama Maistam Abbasiyan. Ia mengalami kecelakaan kala kembali dari Masyhad setelah menziarahi Imam Ridha as pada tahun 2006 Masehi. Ia bercerita bahwa ia tidak mengingat sama sekali apa yang terjadi kala tabrakan. Kala itu sangat gelap dan aku tidak memiliki kekuatan untuk membuka mataku. Namun tiba-tiba terdengar suara ayahku yang telah meninggal pada tahun 1997. Suara khasnya memanggilku, Maistam, Maistam bangunlah anakku.” Yah, suara khas ayahku yang hampir sepuluh tahun aku tidak mendengarnya telah memberikan tenaga kepadaku untuk membuka mataku.”

Aku membuka mataku karena kerinduan kepada ayah yang telah hampir sepuluh tahun aku tidak melihatnya. Ketika membuka mataku, secara nyata aku melihat ayahku dan berkata kepadaku, “ Maistam bangunlah! Ayahku mengulurkan tangannya dan aku mengambil tangannya dan berdiri.”

Maistam berkata kepada ayahnya, “ Wahai ayah bagaimana cara anda hidup kembali? Ayahku tersenyum dan berkata, Maistam! aku tidak hidup lagi, melainkan kamu telah mati!” Ayah berkata,” Maistam lihatlah sekelilingmu! Akupun terkejut ketika mobil hancur dan melihat jasadku sendiri tergeletak ditangisi oleh ibuku.” Ibu begitu menangis dan meratap sambil berkata, anaku! anaku! Ruhku mendekati Ibuku, namun ibu tidak bisa melihatku akupun berkata, “ Ibu, Ibu ini Aku! Kemudian Ibuku berteriak, Wahai Imam Ridha anaku Imam!

Aku berlari-lari di lokasi kecelakaan kemudian mendatangi mereka satu-persatu, namun tidak ada satupun yang melihatku dan mendengar suaraku. Aku datangi saudaraku yang berada di dekat jasadku sambil berteriak, Ya Imam Husein as kembalikan saudaraku. Akupun memanggilnya, namun ia tidak mendengar teriakanku dan tidak merasakan sentuhanku.

Akupun menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dikala aku dalam keadaan yang tidak bisa dilukiskan itu, ayahku meraih tanganku dan berkata, Tenang anaku.” Aku berkata, “ Ayah bagaimana aku bisa tenang! Ayah kenapa aku harus mati? Ayah, Ibuku sedang menangis tersedu-sedu! Ayah aku ingin kembali kesamping ibuku!” Aku berkata, “ Ayah apakah ada yang mau menolongku? Aku tidak mau mati. Aku ingin kembali ke ibuku. Ayah berkata, sabarlah anakku. Setelah beberapa saat ayahku berkata, Anakku Tuan telah datang.”

Kedatangan Imam Ridha as

Ayah berkata, Anakku tuan telah datang. Aku berkata, Tuan siapa? Ayah berkata, Imam Ridha as. Aku melihat Imam Ridha as dan rombongan datang kearahku. Imam Ridha as datang kearah ayahku dan berkata, “ Haji ada apa? Kenapa ibunya memanggil-manggilku? Kemudian ayahku mengisyaratkan kepadaku dan kepada mobil yang hancur dan jasad yang ditangisi ibu.” Kemudian Imam Ridha as mendekatiku dan tersenyum, “ Jangan sedih Maistam.” Senyuman Imam Ridha as memberikan ketenangan luar biasa kepadaku. Senyuman penuh kasih sayang sehingga kesedihan dan kekhawatiranku sirna.

Pengorbanan Ayah untuk sang Anak

Setelah kegelisahanku mereda, tiba-tiba jiwaku kembali bergemuruh. Terdapat suara-suara mengerikan dan ada sosok-sosok hitam sedang datang mendekat kearahku. Hitam dan tinggi serta suaranya sangat mengerikan. Siapapun yang mendengar suara tersebut akan menciutkan hati siapapun. Akupun sangat ketakutan, namun yang memberikan aku kekuatan adalah Imam Ridha as berada disampingku. Namun tetap saja aku sangat ketakutan ketika sosok hitam itu berteriak seraya bertanya, “ Siapa disini yang bernama Maistam Abbasian?! Aku sangat ketakutan karena firasatku mengatakan bahwa mereka akan membawaku.”

Tiba-tiba ayahku berlari menuju Imam Ridha as dan langsung bersimpuh memeluk kaki Imam Ridha as seraya menangis, Wahai Imam! Jangan biarkan mereka membawa putraku, Maistam! Ayahku begitu memelas kepada Imam Ridha as agar makhluk- makhluk hitam itu tidak membawaku. Kemudian Imam Ridha as berkata kepada mereka, “ Jangan bawa dia, karena dia adalah pengikut kami ahlul bait as.” Setelah Imam berkata seperti itu, sekelompok makhluk hitam itu kembali kearah jembatan dan pergi.”

Maistam Abbasiyan yang sedang bercerita pada acara Zendeghi pasaz Zendeghi di studio chanel 4, menangis tersedu-sedu kala bercerita ayahnya bersimpuh di kaki Imam Ridha as kemudian Imam Ridha as mensyafaatinya dan mengakui dirinya sebagai pengikut Ahlul bait as.

Maistam Abbasiyan melanjutkan kisah kematiannya, “ Setelah kepergian makhluk-makhluk menyeramkan tadi, keadaanku sangatlah buruk. Bingung, takut, sedih, khawatir dan sedikit ketenangan semuanya bercampur menjadi satu. Imam Ridha as datang kearahku sambil tersenyum dan berkata, “ Maistam sayang kenapa bersedih dan menangis, mau ikut saya ke haram?

Menuju Mashad Haram Imam Ridha as

Ketika Imam Ridha as mengatakan haram, tiba-tiba tempat berganti menjadi suasana haram di kota Mashad. Aku melihat Imam Ridha as di halaman haram beliau berkata, “ Maistam tunggulah disini dan tenangkan dirimu.” Kemudian aku melihat Imam Ridha as pergi menuju para peziarah dan aku melihat para malaikat mengelilingi Imam Ridha as dan para peziarah. Aku tidak menyapa para peziarah karena aku menyadari aku telah mati dan orang mati tidak bisa berkomunikasi dengan orang hidup.

Aku melihat Imam Ridha as mendatangi setiap peziarah dan ketika peziarah itu memanjatkan hajatnya, Imam Ridha as disampingnya mengadahkan tangannya kelangit seakan meminta kepada Allah swt untuk mengabulkan permintaan para peziarahnya.” Setelah beberapa saat, Imam Ridha as kembali kepadaku dan berkata, “ Maistam jika engkau menerima kematianmu, jika engkau mau, engkau disini bersamaku menjadi pelayan peziarahku!” Kemudian tiba-tiba aku melihat sekelompok orang sepertiku yang mampu melihatku sedang berkhidmat kepada peziarah. Setelah itu tiba-tiba tempat berpindah ke padang pasir yang mana disana ayahku sedang menungguku.” Ayah, apakah Imam Ridha as akan mensyafaatiku untuk kembali ke dunia bertemu dengan ibuku? Ayahku menjawab, demi Allah aku tidak tahu anaku! Kemudian ayah berkata,” Anaku Maistam, keberadaanmu disini sangatlah baik, Imam Ridha as juga menawarkan tempat yang baik untukmu, menurutku engkau tidak kembali ke alam dunia juga baik disini.” Aku berkata,” Ayah! Engkau tidak melihat bagaimana ibuku menangis dan meratap? Aku tidak tahan dengan tangisannya yang begitu dalam memanggil anaknya. Ayah! Apakah masih ada harapan aku kembali ke dunia fana?!

Kedatangan Imam Husein as

Aku dan ayahku masih diam terpaku menunggu jawaban dan keputusan dari Imam Ridha as. Sampai beberapa saat berlalu Imam Ridha as berkata, “ Tuan telah tiba.”Ketika Imam Ridha as berkata seperti itu, aku tidak tahu siapa yang telah datang, namun dari jauh aku melihat ada sekelompok orang sedang datang menuju ke tempat kami dengan cahaya hijau memancar dari arah mereka.”
Aku melihat sosok dengan mengenakan pakaian serba hijau dan ketika itu dadaku bergetar hebat dengan air mata yang mengucur deras karena sosok yang kini sedang datang itu adalah sosok yang aku selalu peringati dan tangisi kesyahidannya. Ya, sosok itu tidak lain adalah tuanku dan maulaku, Imam Husein as.

Perlu aku katakan kepada anda bahwa ketika Imam Husein as akan datang menuju kita, maka tiba-tiba perasaan sedih, duka dan air mata akan menghampiri kita. Itulah yang aku rasakan. Tiba-tiba ada perasaan perih, duka dan kesedihan ketika Imam Husein as datang mengarah kepadaku.” Imam Husein as datang mengarah kepada ayahku dan berkata, “ Haji apa yang terjadi sehingga anak laki-laki memanggil-manggil namaku?! Kemudian ayahku sambil tertunduk hanya mengisyaratkan tangannya kearahku.” Kemudian Imam Husein as berjalan menuju Imam Ridha as dan bercakap-cakap dengan beliau.” Aku berkata kepada ayahku, “ Ayah! Kenapa Imam Husein as tidak mensyafaatiku? Ayah berkata, “ Aku tidak tahu.”
Tiba-tiba ayahku berkata kembali kepadaku, “ Tuan kita, Imam Zaman as telah datang.” Kemudian aku melihat sosok pria berjubah putih memakai syal hijau datang kemudian bergabung dengan Imam Ridha as dan Imam Husein as untuk membicarakan sesuatu.” Waktu berlalu dan tiba-tiba Imam Ridha as memisahkan diri dari Imam Husein as dan Imam Zaman as lalu mengadahkan kearah langit dan berdoa kepada Allah swt seraya berkata, “ Ya Allah! Ia adalah peziarahku dan bagaimana aku menjawab permohonan Ibunya?!”

Ketika Imam Ridha as selesai berdoa, tiba-tiba Imam Husein as terkejut dan berjalan terburu-buru kearahku. Aku terkejut Imam Husein as sedang berjalan kearahku dan aku tidak ada keberanian menatap wajah suci beliau. Seraya aku menundukkan kepala, Imam Husein as berdiri sangat dekat dihadapanku dan tangannya mengusap ke arah kepalaku seraya berkata, “ Maistam! Kembalilah ke alam dunia karena Allah swt telah mengabulkan permintaanmu.”

Andaikan Aku Tidak Menatap Wajahnya

Ketika Imam Husein as datang kearahku dan berkata bahwa Allah swt telah mengabulkan permohonanku. Tiba-tiba Allah swt memberikanku kekuatan untuk mengadahkan kepalaku melihat wajah suci Imam Husein as yang mana aku menyesalinya sekarang andaikan Allah swt tidak memberikanku kekuatan untuk melihat wajah suci beliau.
Aku mengangkat kepalaku dan melihat wajah suci beliau dan berkata, “ Ya Imam Husein as.” Owh andaikan Aku tidak menatap wajah sucinya, andaikan aku tidak menatap wajah sucinya!”

Kembali ke Dunia Fana

Setelah Allah swt mengabulkan permohonan Ibuku, Ayahku sangat senang dan menggandeng tanganku dan tiba-tiba ada lorong berwarna hitam didepanku. Kemudian Imam Ridha as datang kearahku dan berkata, “ Sampaikan salamku kepada Ibumu dan katakan padanya bahwa aku telah menepati janjiku dengan mengembalikanmu kesisinya.” Kemudian tanganku digandeng ayahku untuk masuk kedalam lorong hitam tersebut dan meminta aku untuk menutup mataku. Setelah beberapa saat berjalan, secara tidak disadar aku telah sampai di akhir lorong dan terdapat cahaya putih didepanku kemudian ayahku mendorongku ke arah cahaya putih tersebut dan aku tiba-tiba terbangun di rumah sakit.

Aku sadar telah kembali ke dunia fana karena disampingku ada saudaraku sedang terbaring menemaniku dan disamping yang lain aku melihat suster. Kemudian aku mencari-cari ayahku dan aku melihat ayahku tersenyum kepadaku seraya melambaikan tangannya kearahku kemudian menghilang dan setelah itu aku tidak pernah melihat ayahku lagi.”

Shalawat setiap saat. Teriring doa dan ziarah kita🙏

admin

admin

Related Posts

Keris Menyambungkan Peradaban Santri Indonesia dan Iran
Kebudayan

Keris Menyambungkan Peradaban Santri Indonesia dan Iran

May 20, 2025

Oleh Khusnul Yaqin Dalam sebuah perhelatan yang tampak sederhana namun sarat makna, terjadi peristiwa simbolik yang luput dari perhatian banyak...

No Other Land: Film Dokumenter Peraih Oscar yang Mengungkap Kekejaman di Tepi Barat
Kebudayan

No Other Land: Film Dokumenter Peraih Oscar yang Mengungkap Kekejaman di Tepi Barat

March 5, 2025

Film dokumenter No Other Land akan tayang di bioskop Indonesia pada 7 Maret 2025. Perilisan ini dilakukan hanya beberapa hari...

PELAJARAN-PELAJARAN DARI KEHIDUPAN SAYIDAH FATHIMAH AS
Kebudayan

PELAJARAN-PELAJARAN DARI KEHIDUPAN SAYIDAH FATHIMAH AS

November 18, 2024

Khatib: Syekh Hakimellahi Bismillahirrahmanirrahim Setelah memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah dan menyampaikan selawat serta salam kepada junjungan...

Hak dan Kewajiban Mata dalam Kehidupan
Kebudayan

Hak dan Kewajiban Mata dalam Kehidupan

November 11, 2024

Dalam khotbah Jumat yang disampaikan oleh Syekh Hakimellahi, dengan penerjemah Ustaz Ahmad Hafidh Alkaff, terdapat pembahasan yang mendalam tentang hak...

Mengupas Esensi Keimanan yang Hakiki
Kebudayan

Mengupas Esensi Keimanan yang Hakiki

November 5, 2024

Oleh: Ustaz Ahmad Hafidh Alkaff Pada khutbah Jumat kali ini, Ustaz Ahmad Hafidh Alkaff menyampaikan pesan takwa dengan seruan untuk...

Hak Pendengaran dan Pentingnya Menyaring Apa yang Didengar
Kebudayan

Hak Pendengaran dan Pentingnya Menyaring Apa yang Didengar

October 28, 2024

Khatib: Syekh Hakimellahi Penerjemah: Ustaz Ahmad Hafidh Alkaff Bismillahirrahmanirrahim   Dalam ajaran Islam, Imam Zainal Abidin as dalam kitabnya Risalat...

Next Post
Qasim. Hasan Kecil Pejuang Karbala

Qasim. Hasan Kecil Pejuang Karbala

Dr. Muhsin Labib Membedah Buku Pusparagam Asyura di Perpustakaan ICC

Dr. Muhsin Labib Membedah Buku Pusparagam Asyura di Perpustakaan ICC

Muhammadiyah Menyambut Baik Gagasan Persatuan Islam Majma’ Al Alamy Li Taqrib Baina Madzahibil Islamiyah, Iran

Muhammadiyah Menyambut Baik Gagasan Persatuan Islam Majma' Al Alamy Li Taqrib Baina Madzahibil Islamiyah, Iran

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist