Khatib: Syekh Hakimellahi
Penerjemah: Ustaz Ahmad Hafidh Alkaff
Bismillahirrahmanirrahim
Dalam ajaran Islam, Imam Zainal Abidin as dalam kitabnya Risalat al-Huquq atau “Risalah Hak-hak” membahas beragam hak yang dimiliki manusia, termasuk hak pendengaran. Imam mengajarkan bahwa menjaga pendengaran dari hal-hal yang buruk bukan sekadar menghindari dosa, tetapi juga menjaga hati dan jiwa dari pengaruh negatif yang dapat merusak akhlak. Hal ini diungkapkan Imam Zainal Abidin sebagai sebuah hak yang harus dijaga karena pendengaran menjadi “pintu menuju hati,” memengaruhi akidah, kepercayaan, serta perilaku seseorang.
Makna Hak Pendengaran Menurut Imam Zainal Abidin as
Imam Zainal Abidin as menegaskan bahwa pendengaran adalah media yang sangat penting karena dapat mengantarkan kata-kata baik maupun buruk langsung ke dalam hati. Kata-kata yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai akhlak, akan memperkuat hati, sementara kata-kata yang buruk akan mengikis keimanan dan mengubah perilaku menjadi tidak sesuai dengan tuntunan agama. Oleh karena itu, Imam menganjurkan untuk menjaga telinga dari kata-kata yang bisa merusak akidah dan perilaku, termasuk dari musik-musik yang melalaikan dan ucapan dusta.
Imam Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan, “Barang siapa mendengarkan perkataan orang lain seakan-akan adalah hamba orang tersebut.” Maka, menjaga pendengaran berarti menghindari segala hal yang bisa mengarahkan diri pada perbuatan yang tidak baik.
Menyaring Apa yang Didengar
Pendengaran memiliki peran besar dalam membentuk keyakinan dan akidah seseorang. Maka, seperti seseorang yang menjaga asupan makanannya agar terhindar dari penyakit, demikian pula kita harus menyaring apa yang kita dengar agar tidak membahayakan kesehatan jiwa. Islam menganjurkan untuk mendengarkan hal-hal yang membawa kebaikan, sebagaimana pentingnya menghindari makanan yang tidak sehat demi kesehatan tubuh.
Allah Swt dalam Alquran berfirman, “Hendaklah manusia memperhatikan makanannya” (QS. ‘Abasa [80]: 24). Imam dalam tafsirnya menyampaikan bahwa “makanan” di sini adalah ilmu yang kita dapatkan dari orang lain. Artinya, menjaga pendengaran tidak sekadar menjaga dari hal-hal yang haram, tetapi juga mengarah pada memilih mana yang bermanfaat untuk hati dan pikiran.
Menghindari Musik yang Melalaikan dan Gibah
Mendengarkan musik yang melalaikan dan bercirikan perayaan yang sia-sia dianggap berbahaya bagi jiwa. Ulama Islam telah menegaskan keharaman musik yang mendorong manusia pada kemaksiatan dan menjauhkan diri dari mengingat Allah. Di samping itu, ghibah atau membicarakan keburukan orang lain secara negatif juga perlu dihindari. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw menyebutkan bahwa mendengarkan ghibah sama buruknya dengan melakukan gibah itu sendiri, yang akan memakan kebaikan amal perbuatan sebagaimana api membakar kayu.
Imam Shadiq as menekankan agar kita membersihkan telinga dari mendengarkan gibah, karena orang yang mendengar gibah memiliki andil dalam dosa tersebut. Mendengarkan gibah atau berita bohong hanya akan merusak keimanan dan mengotori hati.
Pengaruh Pendengaran pada Keyakinan
Banyaknya informasi di sekitar kita sering kali dikemas secara menarik dan modern, terkadang membahayakan akidah dan iman tanpa disadari. Kebebasan berpikir dan kebebasan berbicara kadang disalahgunakan untuk mendorong perilaku yang menyimpang dan merusak. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga telinga dari informasi yang hanya mengandung kefasikan atau menggerus keimanan, karena informasi yang salah dapat membentuk keyakinan yang salah pula.
Dalam menghadapi informasi yang meragukan, Imam Zainal Abidin menganjurkan sikap kehati-hatian. Jika terdapat keraguan atas sebuah informasi atau pembicaraan, seperti halnya kita tidak memasukkan makanan yang tidak jelas ke dalam tubuh, demikian pula dengan informasi yang kita dengar, terutama yang berpengaruh pada akidah dan nilai hidup.
Penutup: Hak untuk Menjaga Jiwa dan Hati
Imam Zainal Abidin as mengajarkan bahwa pendengaran adalah hak yang harus kita jaga agar tidak mencemari jiwa kita. Apa yang kita dengar akan mempengaruhi hati, akal, dan pada akhirnya membentuk karakter serta perilaku kita. Maka, seyogianya kita mendengarkan hal-hal yang bermanfaat, yang mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan keimanan. Meningkatkan kualitas pendengaran ini termasuk mendekatkan diri pada bacaan yang baik, nasihat yang baik, serta menjauhi hal-hal yang melalaikan atau memicu dosa.
Dengan memuliakan hak pendengaran, kita menjaga agar hati tetap bersih, akidah tetap kuat, dan kita terus tumbuh sebagai pribadi yang baik dalam setiap aspek kehidupan.
Download di bawah untuk file PDFnya atau Kunjungi www.icc-jakarta.com