ICC Jakarta – Ghaibah sughra atau kegaiban kecil, berartikan gaib dalam waktu singkat dan menurut keyakinan Syiah adalah masa dimana Imam Mahdi Afs hidup secara tersembunyi dan berkomunikasi dengan orang-orang Syiah hanya melalui perantara para wakil empatnya. Masa ini dimulai dari tahun 260 H. sampai tahun 329 H.
Permulaan Ghaibah Sughra
Imam kesebelas Syiah menjalani masa enam tahun keimamahan secara rahasia dan taqiyah; karena penguasa saat itu, Mu’tamid Abbasi telah membatasi dan mengontrol komunikasi Imam As dan sangat mengawasi Imam lewat para perantara mata-matanya. Oleh karenanya, mayoritas Syiah tidak dapat bertemu dengan Imam dan hanya orang-orang pilihan saja yang dapat bertemu langsung dengan beliau. Imam Hasan Askari syahid pada tahun 260 H/874 M.
Menurut keyakinan Imamiah, jumlah keseluruhan para Imam berakhir dengan Imam keduabelas. Menurut referensi klasik Imamiah, Imam Hasan Askari As tidak mengangkat putranya sebagai Imam setelahnya secara terang-terangan; Namun beliau memperkenalkannya dengan indikasi dan hanya kepada sebagian orang-orang khusus semata. Dari sisi lain, para pengikut Imam sangat terganggu oleh penindasan penguasa Abbasiyah.
Khalifah Mu’tamid senantiasa mencari putra Imam Hasan Askari As, dia terus berusaha supaya dapat menemukan beliau dan hendak menawannya. Keyakinan Syiah tentang Imam Mahdi Afs di tengah-tengah masyarakat sangatlah populer dan sudah dipaparkan; semisalnya adalah mereka menunggu kebangkitan beliau. Dengan demikian, Imam Hasan Askari As menyembunyikan putranya dan hanya sebagian orang-orang tertentu saja yang dapat melihat Imam. Dalam referensi riwayat Imamiah, telah dicatat dan ditulis nama dan bukti sejumlah orang-orang Syiah yang telah melihat putra Imam Hasan Askari As. Menurut riwayat yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Utsman, wakil kedua Imam Mahdi As, Imam Hasan Askari mengumpulkan 40 orang pengikutnya yang telah dipercayai dan memperlihatkan putranya kepada mereka.
Setelah kesyahidan Imam Hasan Askari pada tahun 260 H, putra beliau, Imam Mahdi Afs yang menyalati jenazah ayahandanya dan ghaibah shugra pun dimulai sejak saat itu dan terus berlanjut sampai tahun 329 H. Sebagian referensi menamakan masa ini dengan Ghaibah Saghirah dan sebagian yang lain menamakannya dengan Ghaibah Sughra.
Faktor Terpenting Ghaibah Sughra
Menurut referensi riwayat Syiah, Imam kesebelas setelah kelahiran putranya, Imam Mahdi Afs – berusaha menjaganya dari bahaya keamanan pihak penguasa Abbasiyah yang ditujukan kepada putranya. Pembatasan-pembatasan politik, sosial dan bahaya keamanan sejak zaman Ma’mun semakin terus meningkat. Oleh karenanya, Imam Hasan Askari tidak dapat memublikasikan berita kelahiran putranya secara terang-terangan dan hanya kepada sejumlah orang-orang Syiah terdekatnya semata, seperti Abu Hasyim Ja’fari dan Ahmad bin Ishak dan saudarinya, Hakimah dan Khadijah.
Komunikasi Imam dengan Syiah
Kondisi krisis yang dihadapi oleh para Imam pada masa penguasa Abbasiyah, memaksa mereka untuk mencari sarana baru guna melakukan komunikasi dengan orang-orang Syiah dan anggota masyarakatnya. Referensi Syiah Imamiah menuturkan bahwa Imam Shadiq adalah imam pertama yang menggunakan sistem komunikasi bawah tanah (at-Tandzim – al-Sirri) dengan masyarakatnya. Pada masa Imam Hasan Askari juga beliau berkomunikasi dengan orang-orang Syiah melalui para wakil-wakilnya.
Empat Wakil Khusus
Menurut riwayat, Imam keduabelas, pada masa ghaibah sughra memimpin para pengikutnya melalui empat yang telah dipilih oleh beliau, dimana mereka disebut dengan safir (wakil) empat. Yang pertama adalah Utsman bin Said Wali Amran kedua adalah putranya, Muhammad bin Utsman yang ketiga adalah Husain bin Ruh Nubakhti dan keempat adalah Ali bin Muhammad Samurrri.
Tugas utama para wakil adalah melaksanakan tugas-tugas yang sudah ditentukan, yang telah dilakukan oleh para Imam sebelumnya, supaya menjaga mereka dari himpitan politik penguasa Abbasiyah. Ayah-ayah beliau sampai masa khalifah Ma’mun tidak luput dari tekanan ini, khususnya seperti keyakinan publik Imamiah yang mengatakan bahwa Imam keduabelas adalah “Al-Qaim bil Amr li Izalati al-Duwal”, orang yang akan menumbangkan segala pemerintahan (mengalahkan para lalim dengan pasukan bersenjata).
Di antara tugas para wakil adalah merahasiakan nama dan tempat tinggal Imam, tidak hanya kepada para musuh, bahkan kepada orang-orang Syiah. Disamping itu, para wakil juga harus membuktikan keberadaan Imam kepada para pendukung kepercayaan beliau. Poin ini dapat dijelaskan lewat penuturan hadis dari Kulaini.
Suatu hari, Abdullah bin Ja’far Humairi bertanya kepada wakil pertama, apakah engkau melihat wakil Imam kesebelas? Utsman bin Said ‘Amri, – wakil Imam – menegaskan bahwa dirinya telah melihat Imam, namun menambahkan bahwa masyarakat supaya tidak mencari namanya, karena jika penguasa mengetahui nama beliau, maka sudah pasti mereka akan menangkap Imam.
Dengan demikian, wakil pertama memaksa mahkamah khalifah, Mu’tamid , untuk berfikir bahwa Imam kesebelas meninggal dunia dengan tanpa ada pengganti. Menurut riwayat Kulani, kesimpulan yang didapat dari Abbasiyah adalah membebaskan penganut Imamiah dari kehinaan yang telah diderita oleh mereka pada masa seluruh para Imam sebelumnya.
Aktivitas para wakil juga mencari sebuah tujuan, yaitu menjaga penganut Imamiah dari banyak perpecahan, dengan membuktikan keimamahan putra Imam Hasan Askari. Guna untuk sampai kepada tujuan ini, mereka menggunakan sabda-sabda Rasulullah SAW dan para Imam yang menunjukkan para Imam berjumlah duabelas, dan beliau akan ghaib.
Akhir Masa Ghaibah Sughra
Menurut ijma’ ulama Syiah, setelah Ali bin Muhammad Samuri meninggal dunia, pintu kewakilan khusus Imam tertutup dan tidak akan ada wakil khusus sampai hari kemunculan. Dengan demikian, dengan meninggalnya Ali bin Muhammad Samurri, ghaibah shugra Imam Zaman Afs – yang berlangsung selama 70 tahun – telah berakhir dan ghaibah kubra pun dimulai.
Wiki Shiah