ICC Jakarta –Pembahasan kali ini adalah mengenai mengenal Allah Swt. Mengenal Allah ada dua jalan: pertama, jalan melalui diri sendiri atau jalan internal; jalan kedua adalah jalan eksternal. Jalan eksternal atau ajaran kedua ini adalah dengan cara kita melihat apa-apa yang ada di luar diri kita, memerhatikan alam yang ada di sekitar kita. Saat ini kita akan membahas mengenal Allah melalui jalan eksternal.
Kalau kita secara sepintas melihat kepada alam tempat kita hidup, akan kita dapati bahwa alam merupakan sebuah tempat atau ruang yang bukan merupakan tempat yang kacau dan tak beraturan. Ada sebuah sistem yang mengaturnya seakan-akan semuanya bergerak pada satu rel untuk mencapai tujuan yang sama. Ke manapun mata kita memandang, fenomena apa pun yang kita perhatikan akan kita dapati terdapat keteraturan di situ. Tentunya keserasian yang sedemikian teratur yang kita saksikan di alam ini, di semua fenomena alam ini, menunjukkan bahwasanya alam ini tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi ada di belakangnya yang menciptakan adanya, yang membuat alam dan menjadikan ia ada. Yang membuat alam adalah suatu kekuatan yang besar, kekuatan yang dipenuhi dengan ilmu, kekuatan yang punya rasa dan perasaan, ia bisa memahami apa yang benar, apa yang baik dan apa yang terbaik.
Meskipun jika dibandingkan dengan zaman yang terdahulu, zaman ini adalah zaman yang merupakan masa ketika ilmu mencapai puncak kemajuannya. Walau demikian semua ilmuwan mengakui bahwa rahasia-rahasia alam masih belum terungkap. Masih ada alam yang belum bisa dipahami dan dicapai oleh manusia. Di luar bumi ini masih ada kehidupan atau fenomena- fenomena alam yang tidak pernah diketahui oleh manusia, planet-planet, galaksi-galaksi yang ada di alam ini tidak pernah dicapai oleh manusia. Bahkan di bumi sendiri, lautan yang sedemikian dalam, manusia belum pernah bisa mengungkap rahasia yang ada di kedalaman lautan itu. Para ilmuwan juga mengatakan dan mengakui kelemahan mereka untuk bisa menyingkap rahasia-rahasia alam sampai detik ini.
Apakah keserasian dan keteraturan alam yang sedemikian tinggi? Apakah rahasia-rahasia alam yang sampai sekarang belum pernah terungkap membuktikan bahwa alam itu tercipta dengan sendirinya, atau ada pencipta di luar alam yang telah membuat alam itu muncul kepada keberadaan dan ternyata yang memunculkan adalah satu kekuatan yang tidak memiliki perasaan dan tidak memiliki ilmu dan kekuatan. Untuk bisa menjelaskan permasalahan ini ada beberapa poin yang layak untuk dibahas pada kesempatan ini.
Kita lihat bahwa di dalam kehidupan ini untuk memunculkan sebuah fenomena atau sesuatu di alam ini perlu ada beberapa mukadimah yang harus ada. Misalnya, jika kita ingin menanam sebuah biji-bijian kemudian kita menghendaki memiliki sebuah pohon tertentu, ada beberapa unsur yang harus kita siapkan: adanya lahan di situ, adanya air yang cukup, adanya pencahayaan atau sinar matahari yang cukup supaya kemudian benih bisa kita tanam dan benih itu bisa hidup dan bisa bernapas dengan secukupnya, dan memperoleh air yang cukup sehingga ia bisa berkembang. Tentunya aturan-aturan semacam ini adalah aturan-aturan alam yang tidak mungkin alam yang tidak punya ilmu bisa membuatkan ketentuan seperti ini.
Yang kedua, kita saksikan di alam ini masing-masing benda di alam atau sesuatu yang maujud di alam ini memiliki pengaruh dan cara kerja sendiri. Sebagai contoh, misalnya bahwa kita tahu ada api dan ada air. Api wataknya selalu membakar dan air membasahi, tidak mungkin tugas masing-masing tugas kedua itu tertukar. Misalnya api menjadikan sesuatu tempat menjadi basah, atau air membuat sesuatu itu terbakar. Masing-masing punya kerja dan lingkup apa yang bisa dilakukan. Apakah ini tidak menunjukkan bahwa di balik alam ini, di balik terciptanya benda-benda yang ada di alam ini, ada suatu kekuatan yang memiliki ilmu yang sedemikian kuat sehingga memberikan ketentuan-ketentuan untuk alam?
Yang ketiga, kita melihat adanya unsur-unsur yang saling membantu di dalam alam ini. Sebagai contoh, misalnya dalam badan manusia ketika ada kuman masuk ke badan manusia, maka seluruh yang ada di badan manusia akan memberikan reaksi terhadap masuknya virus yang membahayakan, akan muncul sebuah kekuatan untuk menciptakan antibodi pada diri manusia, sel-sel darah putih akan digerakkan untuk bisa melindungi tubuh manusia dari serangan mikroba atau kuman yang mungkin akan membahayakan manusia. Ini semua menunjukkan bahwasanya ada yang mengatur. Itu semua yang mengatur pasti adalah akal yang sedemikian luas ilmunya.
Bukan hanya bagian-bagian dari suatu maujud yang saling membantu, tetapi kalau kita melihat keseluruhan alam yang ada di alam ini semuanya saling membantu untuk menciptakan sebuah keserasian universal.
Yang keempat, tentang keserasian yang ada di alam, kita bisa saksikan bagaimana satu bagian alam akan bekerja sama dengan bagian lain untuk menciptakan sebuah gerakan yang seirama dan senada. Ketika suatu pohon hendak muncul dan hendak tumbuh, matahari akan membantu pertumbuhannya, air akan membantu pertumbuhannya, tanah juga akan membantu pertumbuhannya, angin juga akan meniupkan anginnya dengan sesuatu yang cocok untuk bisa menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan itu. Jika kita andaikan matahari tidak ada, pohon tidak akan muncul; jika tidak ada air, pohon yang tadi kita bicarakan tidak akan pernah muncul; jika lahan juga tidak ada, pohon pun tidak akan muncul. Karena itu, setiap kali melihat keteraturan dan keserasian, manusia akan melihat bahwa ada yang mengatur di balik itu. Jika melihat suatu keteraturan, suatu keajaiban, maka orang akan mengambil kesimpulan bahwa ada akal yang sedemikian kuat yang telah mengaturnya.
Karena itu, bisa kita katakan dengan yakin bahwa seorang yang matanya buta, tuna netra yang tidak memiliki keilmuan apa pun juga, tidak mungkin orang seperti itu akan mengambil mesin ketik atau computer, kemudian dia menyalakan komputer mengetik sebuah tulisan artikel ilmiah yang sedemikian berbobot. Kita juga bisa memastikan bahwa seorang anak kecil usia dua tahun, misalnya, yang kemudian dia mengambil kuas, mengambil cat berwarna, kemudian dia main-mainkan kuas itu di atas selembar kertas, tidak mungkin hasilnya adalah sebuah lukisan yang sedemikian indah layaknya seorang maestro pelukis yang melukis.
Karena itu, ketika Anda melihat dan membaca sebuah artikel ilmiah yang sangat berbobot, Anda pasti akan mengatakan bahwa penulisnya adalah seseorang yang memiliki ilmu yang luas dan wawasan yang cukup. Jika Anda pergi ke galeri pameran lukisan lalu melihat ada lukisan yang sedemikian indah, Anda pasti akan mengatakan bahwa yang membuat adalah seorang pelukis yang memiliki jiwa seni yang tinggi. Jika Anda melihat sebuah bangunan yang tinggi, pencakar langit yang sedemikian indah, Anda pasti akan mengatakan bahwa yang membangun bangunan ini adalah seorang insinyur dan arsitek yang mahir. Bisa jadi Anda tidak pernah mengenal pelukis itu, bisa jadi Anda tidak pernah mengenal insinyur itu, dan bisa jadi Anda tidak pernah mengenal penulis makalah tadi, tapi Anda bisa meyakini dan bisa memastikan bahwa pelukis atau penulis makalahnya atau insinyurnya adalah orang yang mahir di bidangnya.
Andai saja kita tidak mengenal Tuhan yang menciptakan alam tapi kita bisa meyakini bahwa keserasian yang sedemikian teliti di alam ini, sedemikian keajaiban yang kita saksikan di alam ini, pasti dibuat oleh yang maha mengetahui dan yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar. Pada Alquran surah Fushshilat ayat 53, Allah Swt berfirman: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami di seluruh alam ini dan tanda-tanda kebesaran Kami pada diri mereka sehingga mereka tahu dan jelas bagi mereka apa itu kebenaran. Bukankah cukup tuhanmu sebagai saksi atas segala sesuatu yang Dia ciptakan.
Bukankah rahasia-rahasia alam yang kita saksikan di alam ini dan rahasia-rahasia yang ada pada diri kita menjadi tanda kekuasaan tanda bahwa ada Allah Swt yang menciptakannya?
Kita hidup di zaman ketika kemajuan ilmu sudah mencapai puncaknya, dan kita saksikan rahasia demi rahasia alam terungkap. Manusia bisa melihat keajaiban-keajaiban pada diri manusia, keajaiban juga yang ada pada tumbuh-tumbuhan, dan juga orang bisa melihat bagaimana sel-sel kecil yang tidak terlihat mata yang ada alam ini adalah sumber dari kehidupan. Bahwa semua kehidupan benda-benda yang ada di alam ini berasal dari atom. Kita mengetahui itu dan ilmu telah menyingkap kepada kita, sehingga bisa dikatakan bahwa semua ini seharusnya mengajak kita dan mengarahkan kita kepada Allah Swt. Bahkan bisa dikatakan bahwa buku-buku yang menyingkap tentang rahasia-rahasia alam, kemajuan-kemajuan ilmu yang kita baca, buku-buku itu layak untuk disebut sebagai buku tauhid dan buku akidah.
Satu contoh yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini, contoh yang berhubungan dengan badan manusia. Kita melihat bahwa badan manusia salah satu anggotanya adalah otak. Otak yang isinya bermacam-macam sel, bermacam-macam saraf. Ada sebuah cerita, cerita nyata tetang seorang anak muda yang mengalami kecelakaan, badannya sehat dan tidak ada permasalahan yang serius pada badannya. Hanya saja kecelakaan itu telah menghantam satu bagian dari sel di otaknya, yang ibaratnya telah memutus dia. Kalau kita bisa ibaratkan seperti kabel yang menghubungkan antara otaknya dengan tempat yang disebut sebagai pusat dari daya ingatnya, sehingga ketika dia kembali dari rumah sakit dia tidak mengenali semua yang ada di rumah itu. Bahkan dia tidak mengenal ayah dan ibunya. Ketika ditunjukkan kamarnya, dia mengingkari bahwa itu adalah kamarnya. Dia berkata, “Pertama kalinya, saya melihat kamar seperti ini.” Ketika dia melihat hasil prakarya, pekerjaan dia, dia mengatakan, “Saya belum pernah melihat ini dan ini bukan karya-karyaku.” Jika kita bisa melihat tubuhnya, terlihat seperti tidak ada masalah tetapi hanya dengan satu goncangan yang mengguncang, maka terputuslah hubungan antara otak dia dengan daya memori dia. Sedemikian menakjubkannya apa yang ada pada diri manusia.
Keajaiban Memori Manusia
Salah satu bagian terpenting dari otak kita adalah memori. Allah Swt telah membuat memori yang ada pada setiap manusia menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan. Kita bisa melihat bagaimana memori bekerja sedemikian cepat. Memori yang kita miliki telah mencatat dan merekam semua yang kita lihat dari semenjak kita lahir. Sebagai contoh, ketika kita berkenalan dengan seseorang, kita melihat dia wajahnya tinggi, badannya, warna kulitnya, tutur katanya, wawasan keilmuannya, semua yang kita perhatikan dari dia akan tersimpan pada memori kita sehingga sewaktu-waktu kita bertemu lagi dengan dia semua memori itu langsung keluar dan langsung kita diperlihatkan kepada kita. Dengan begitu kita bisa menunjukkan sikap kita kepadanya. Jika ternyata yang tersimpan dalam memori kita adalah bahwa orang itu merupakan musuh, kita akan menunjukkan kebencian dan mungkin kita akan menghindar saat bertemu dengannya. Tetapi jika yang kita lihat dalam memori yang kita miliki tentang orang itu adalah sahabat, ketika bertemu dengannya kita akan menghormatinya dan memperlakukannya layaknya sahabat.
Itu semua terjadi dengan sangat cepat. Padahal kalau kita melihat, kalau kita mengumpulkan memori-memori itu tentang seseorang tertentu, kita perlu waktu yang cukup lama untuk bisa memisahkan memori-memori yang tak beraturan itu supaya kita bisa menunjukkan bahwa ini berhubungan dengan seseorang tertentu. Apalagi jika semua memori yang kita simpan dari semenjak kelahiran kita sampai hari ini dituliskan di atas kertas, maka mungkin kita akan memerlukan satu kotak tersendiri untuk menyimpan kertas-kertas itu. Tapi Allah Swt telah menakdirkan bahwa semua memori yang kita miliki dari semenjak kelahiran kita sampai saat ini tersimpan dalam sebuah tempat yang sangat kecil pada tubuh kita.
Apakah semua keajaiban tadi dan rahasia-rahasia alam yang barusan disinggung terjadi dengan sendirinya? Apakah semua keserasian dan keteraturan yang ada di alam ini tercipta dengan sendirinya tanpa ada pencipta di baliknya? Apakah itu semua diciptakan oleh alam yang tidak punya akal? Mungkinkah alam yang tidak berakal menciptakan akal? Inilah pertanyaan yang disampaikan oleh Alquran al-Karim. Allah berfirman dalam surah al-Dzariyat, Pada diri kalian ada tanda-tanda kebesaran Allah apakah kalian tidak melihatnya. []
Naskah ini merupakan khotbah Jumat Direktur ICC Dr. Abdulmajid Hakimelahi, Jumat 18 Desember 2020, di ICC, Jakarta. Ditranskrip dan disunting seperlunya oleh redaksi Buletin Nur al-Huda.
[wad_recents category=’Khutbah Jumat’ max=5]